Cerita Misteri Perempuan Buta Yang Bersuamikan Jin

Nama Mbok Maunah, masyarakat Desa Bonsari Kidul, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, cukup populer pada bilangan th. 1984 - 1990. Terlebih oleh orang-orang di daerah setempat, bahkan juga banyak di kenal oleh masyarakat Kabupaten Lumajang biasanya. Wanita dusun ini populer lantaran kekuatan supranatural yang dipunyainya. 


Kekuatan supranatural yang bikin namanya sedemikian populer yaitu lantaran Mbok Maunah bisa menyembuhkan beragam jenis penyakit. Namun, apakah sesungguhnya rahasia yang dipunyai oleh sosok yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan ini? Wanita buta ini mempunyai pengetahuan yang sedemikian ampuh karena pertolongan jin muslim yang menikahinya. 
Achmad Busyairi, saksi hidup yang merekam perjalanan hidup Mbok Maunah menjelaskannya pada Penulis, untuk lalu diceritakannya kembali pada pembaca, dengan harapan dapat di ambil hikmahnya. 
Maunah, perawan tua yang buta ke-2 matanya mulai sejak kecil itu hidup sebatang kara. Tanpa ada orangtua serta saudara, bikin hidupnya terlunta-lunta. Berkali-kali dia geser rumah. Mencari tumpangan pada saudara-saudara jauh yang ingin terima kemunculannya. 
Jangankan ada pria yang ingin menikahinya, untuk mendekatinya saja mereka biasanya emoh. Sampai usianya mencapai kepala empat, Maunah masihlah hidup sendiri serta belum pernah menikah. Untuk menyambung hidupnya, Maunah sering jadi tukang pijat serta terima kebaikan dari tetangga dekatnya. 
Meskipun hidupnya begitu sengsara, tetapi Maunah begitu rajin menggerakkan sholat. Satu saat ia pernah menyebutkan, dengan sholat dianya terasa masihlah layak hidup didunia nan fana ini. 
Saya kenal dekat dengannya saat Maunah tinggal di belakang tempat tinggal salah seseorang tetanggaku yang sebut saja dengan inisial SM. Ia tempati satu kamar kecil yang terlebih dulu digunakan untuk gudang penyimpanan barang. 
Kedekatanku dengan Maunah dikarenakan dua hal ; pertama bila dikilas balik dia masihlah terhitung saudara jauh denganku. Ke-2, lantaran saya meresa iba memandangnya senantiasa sendiri nyaris di setiap saat. 
Dia baru ada yang temani apabila kebetulan ada tetangga kanan kiri yang datang minta dipijat. Kepandaiannya memijat sesungguhnya kurang demikian mumpuni. Jikalau ada tetangga yang memakai jasanya, karena sebab mereka terasa iba serta menginginkan sharing sedikit rezeki dengan wanita buta ini. 
Saat pertama kalinya kenal dekat dengan Maunah, saya tak lihat ada suatu hal yang aneh pada dianya. Cerita-cerita yang keluar dari mulutnyapun tak jauh dari sekitar perjalanan hidup dan penderitaan-penderitaan yang dirasakannya. 
Baru sesudah tiga bln. lalu, kejanggalan-kejanggalan mulai terlihat pada diri wanita buta itu. Dia sering menceritakan mengenai diri lelaki yang senantiasa di panggilanya " Om ". Menurut penuturannya, dia kerap di ajak berjalan-jalan oleh Om ke puncak Gunung Semeru, ke Alas Purwo, ke Pantai Parangtritis, juga mandi di Ranu Pane. 
 " Pekerjaan Om berikan makan burung perkutut punya Mbah Gimbal di Puncak Gunung Semeru. Jadi saya kerap diajaknya ke sana, " katanya satu saat dengan muka bersinar seperti orang yang tengah jatuh cinta. 
Mendengar penuturannya yang saya anggap ngelantur itu, saya makin bertambah iba. Menurut sangkaanku dia terobsesi di cintai oleh seseorang lelaki, hingga membuat sosok imajiner didalam kehidupannya. Bahkan juga saya pernah mengira, wanita buta itu telah mulai hilang ingatan. Terlebih saat disuatu hari dia mengemukakan gagasannya untuk menikah. 
Menikah? Sudah pasti saya pernah tertawa dalam hati mendengar narasi Mauna ini.
" Setelah Isya kelak Om datang berbarengan penghulu. Anda maukan jadi wali nikahku? " pinta Maunah yang sekali lagi membuatku menahan senyum. 
 " Tolonglah, saya telah tak miliki orangtua serta saudara. Disini cuma anda orang yang dekat denganku, " tuturnya sesudah memperoleh diriku tak berkomentar apa-apa atas perkataannya baru saja. Kata-katanya yang paling akhir ini selalu jelas membuatku begitu terenyuh. 
 " Baiklah. Kalu kau pasrahkan wali nikah kepadaku, saya bersedia, " jawabku sebatas untuk menghibur hatinya. 
 " Terima kasih atas kebaikanmu, Achmad! " katanya dengan muka berseri-seri. 
Walau saya masihlah ragu dengan gagasan pernikahan yang di sampaikan Maunah itu, tidak urung sebelumnya Isya saya datang ke rumahnya yang sempit itu. Ini kulakukan tidak lebih supaya tak membuatnya kecewa. 
Malam itu, kami menggunakan saat dengan mengulas calon pengantin pria. Tak tahu bagaimana, Maunah demikian meyakini dengan sosok yang disebutnya Om itu. Saya yang seringkali jadi pendengar pernah terasa geli memerhatikan pembicaraan Maunah yang seakan tak ada habisnya menceritakan mengenai diri calon suaminya itu. Perasaan geli yang bercampur dengan iba. 
Kurang dari 1/2 jam sesudah adzan Isya bergema, pintu diketuk dari luar, disusul nada uluk salam yang terdengar berat serta dalam. Saya membalas salam itu sembari beranjak dari tempat duduk serta buka pintu. 
Anehnya, saat pintu terbuka, saya saksikan diluar tak ada orang. Sudah pasti saya kesal, lantaran kuanggap ada seorang yang berniat usil menggoda kami. Namun, sebelumnya rasa kesal itu pernah hilang, nada yang tadi mengatakan salam telah terdengar lagi didalam ruang. 
 " Tutup saja pintunya. Saya telah ada didalam, " kata nada itu, membuatku terperanjat. Saya makin terperanjat saat tahu didalam ruang tak ada siapa-siapa, terkecuali Maunah. Lantas, nada siapa sesungguhnya yang kudengar baru saja itu? 
 " Duduklah, serta tak perlu takut. Saya calon suami Maunah. Saya dari bangsa Jin serta beragama Islam. Saya datang ke sini berbarengan penghulu dari bangsa kami, serta memohon bantuanmu untuk bersedia jadi wali nikah untuk Maunah, " kata nada itu menerangkan jati dianya juga keperluannya. 
Saya yang masihlah terbawa oleh perasaan takut, cuma mengiyakan semuanya perkataannya, dengan badan gemetar. Saat prosesi pernikahan jalan, badanku bersimbuh keringat dingin. Kesadaranku seakan hilang dari pertama sampai akhir acara. Bahkan juga saat pulang ke tempat tinggal, peristiwa yang aneh itu terbayang selalu di pelupuk mataku. Bagaimana mungkin saja hal yang begitu musykil itu sungguh-sungguh berlangsung? 
Besok harinya saya jatuh sakit. Mungkin saja lantaran terbawa oleh perasaan takut yang teramat begitu. Namun tak tahu mengapa, saya tak memiliki keberanian untuk menceritakan pada siapa saja juga mengenai pernikahan Maunah dengan bangsa Jin Muslim itu. Saya bahkan juga berniat menghindar dengan pergi ke tempat tinggal saudara diluar kota, dua minggu lamanya. 
Pulang dari luar kota, berita mengenai pernikahan Maunah telah jadi rahasia umum. Sebagian tetangga jadi pernah memohonku menceritakan mengenai momen pernikahan itu. Serta yang membuatku meningkatkan senyum, beritanya saat ini Maunah sehari-hari kebanjiran tamu. Mereka datang untuk berobat. Lantaran mulai sejak pernikahan itu, Maunah diakui mempunyai kekuatan supranatural yang bisa menyembuhan semua jenis penyakit. Sudah pasti kekuatan yang didapatkannya dari Jin Muslim suaminya. 
Untuk membuktikannya, kau bertandang ke rumah Maunah. Nyatanya benar. Sebelumnya dapat berjumpa dengan wanita buta itu, saya mesti antri terlebih dulu. Namun saya bersukur, karakter Maunah tak beralih walau hidupnya tak akan kekurangan. Dia tetaplah menerimaku dengan ramah, serta menjelaskan banyak narasi seperti hari-hari terlebih dulu.
Bukan sekedar Maunah. Suaminyapun juga baik. Apabila tak tengah ada tamu, jin yang lebih sukai dipanggi Om itu, senantiasa mengajakku bercengkrama. Sudah pasti saya cuma dapat mendengar suaranya, tengah wujudnya tidak pernah saya saksikan. Saya tak akan takut seperti waktu akad nikah dahulu, walau makhluk yang saya ajak bicara tak tampak dengan mata. Saya bahkan juga terasa suka, lantaran dari pembicaraan kami, banyak pengetahuan yang dapat saya serap, terlebih pengetahuan mengenai dunia gaib. 
Satu hal yang membuatku terasa dihargai, Maunah serta suaminya masihlah sukai memohon anjuran serta pendapatku apabila tengah hadapi permasalahan. Seperti yang berlangsung saat malam itu. 
 " Pak SM ingin mencalonkan diri dalam penentuan Kepala Desa bln. depan kelak. Serta dia memohonku untuk membujuk Om supaya bersedia menolong Pak SM dalam proses penentuan kelak, " papar Maunah. 
 " Menolong bagaimana? " tanyaku. 
 " Menolong memengaruhi kesadaran beberapa pemilih, supaya menjatuhkan pilihan mereka pada Pak SM. " 
 " Wah, itu namanya curang! " 
 " Saya juga miliki fikiran seperti itu, " kata Om dengan bentuk yang tidak tampak. 
 " Karenanya, tadi sebelumnya anda datang, saya pernah bicara pada Maunah supaya menampik keinginan Pak SM. Sesungguhnya mungkin saya lakukan perbuatan curang seperti itu. Namun saya takut dosa. Kau tahu sendiri, sampai kini saya cuma ingin menolong tamu-tamu yang kemauan serta maksudnya baik. Apabila kemauan serta maksudnya buruk, saya tak pernah bersedia menolong mereka. Terlebih Maunah saya suruh memberikan nasehat tamu itu. Hal semacam itu saya kerjakan tak lain lantaran kau takut dosa, " panjang lebar Jin Muslim itu bicara. 
 " Saya sendiri sesungguhnya juga tak sepakat dengan kemauan Pak SM. Namun untuk menampik rasa-rasanya susah. Sampai kini dia sudah banyak menolongku, intinya memberi tempat ini buat aku gunakan. Apabila saya menampik, dia pastinya akan mengusirku dari sini, " Maunah berkata 1/2 mengeluh.  
 " Tak perlu takut apabila Pak SM mengusirmu dari sini. Bumi Allah masihlah terbentang luas buat kamu menempati, " saran suaminya. 
Pada akhirnya Maunah memanglah menampik keinginan Pak SM, serta kursi kepala desa yang diperebutkan jatuh ke tangan Parman. Seperti sangkaan awal mulanya, demikian tidak berhasil dalam penentuan kepala desa, Pak SM segera menyuruh Maunah pergi dari sisa bangunan gudang kepunyaannya itu. Maunah sudah pasti tidak dapat melawan kehendak sang yang memiliki tempat. 
Sesudah meninggalkan rumahnya yang lama, Maunah ditampung untuk tinggal berbarengan keluarga Pak Dulalim. Ketika itu tempat tinggal keluarga Pak Dulalim bisa disebutkan begitu berantakan. Gagasan untuk melakukan perbaikan tempat tinggal berhenti di dalam jalan lantaran kehabisan cost. 
Namun sebagian bln. sesudah Maunah tinggal berbarengan mereka, pembangunan tempat tinggal diteruskan kembali. Bahkan juga saat jadi, tempat tinggal itu tambah lebih megah dari gagasan terlebih dulu. Apakah cost pembangunan tempat tinggal dibantu oleh Maunah serta suaminya, atau mungkin hasil usaha keras dari pak Dulalim sendiri, saya kurang tahu. Lantaran satu bulan sesudah Maunah geser, saya pergi serta tinggal di lain kota. 
Berita paling akhir yang saya dengar mengenai diri Maunah, dia tinggal berbarengan saudara jauhnya bernama Asiyah di Jatiroto. Ditempat itu juga wanita buta yang bertemumikan Jin Muslim itu wafat serta dimakamkan.

Artikel Terkait

Cerita Misteri Perempuan Buta Yang Bersuamikan Jin
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email